Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 06 Agustus 2014

Pattiro Sompe dan Cerita tentang Keihlasan

cerita tentang keihklasan
sumber: http://pakarcinta.com/

Pattiro Sompe adalah nama salah satu gunung (mungkin lebih tepat disebut bukit) di Kota Sengkang Kabupaten Wajo. Belum ada informasi yang pasti tentang asal-usul penamaan Pattiro Sompe ini. Jika diartikan secara etimologi, pattiro dalam bahasa bugis berarti melihat dari kejauhan sementara sompe berarti merantau. Jadi pattiro sompe dapat diartikan melihat orang merantau. Tapi, terjemahan kata pattiro sompe tidak lantas dapat disematkan pada Pattiro Sompe sebagai bukit tempat melihat orang merantau. Sebab, terdapat salah satu kelurahan di Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo yang bernama Kelurahan Sompe. Ini tentu memunculkan pilihan pemaknaan lain dari Pattiro Sompe yaitu bukit tempat melihat (kelurahan) Sompe.

Penerjemahan yang terakhir disebutkan, yaitu Pattiro Sompe sebagai bukit tempat melihat Sompe dalam arti kelurahan tidak berkorelasi dengan kenyataan. Suryadin Laoddang (dalam www.rappang.com) menggambarkan daerah-daerah yang dapat dilihat dari puncak Pattiro Sompe yaitu: Kota Sengkang dan Danau Tempe disebelah Barat; Bukit Passimpolong, Bukit Anyyarang Patele’ dan Bukit Manorang di sebelah Utara; Bulu Citta dan Tosora di sebelah Timur; Danau Lampulung dan Lagosi di Tenggara; serta Bukit Passangrahan dan Sungai Walennae (Walanae) di sebelah Selatan dan Barat Daya. Uraian tersebut menunjukkan bahwa Kelurahan Sompe di Kecamatan Sabbangparu tidak terlihat dari puncak bukit Pattiro Sompe sehingga jelas bahwa Pattiro Sompe tidak dapat dimaknai sebagai bukit tempat melihat Kelurahan Sompe.
Disisi lain, penerjemahan Pattiro Sompe sebagai bukit tempat melihat orang merantau memiliki dasar sejarah yang sangat kuat. Danau Tempe yang terlihat sangat jelas dari Pattiro Sompe, tercatat dalam sejarah pernah menjadi jalur pelayaran. Jika demikian halnya maka dari Bukit Pattiro Sompe dapat dilihat dengan jelas para perantau (passompe’) berlayar di Danau Tempe. Dari perspektif ini, banyak cerita yang dapat dibangun. Kata “membangun cerita” disini dimaksudkan sebagai tafsir atas sejarah dari sebuah tempat dalam hal ini Bukit Pattiro Sompe. Tujuannya tidak lain adalah mengambil makna dari sebuah peristiwa.

Cerita tentang Keikhlasan
Dalam beberapa film terdapat adegan dimana seseorang berada di sebuah bukit di sekitar bandara untuk melambaikan tangan kepada pesawat yang ditumpangi oleh kerabatnya yang sedang bepergian. Hal yang sama mungkin saja terjadi di zaman dahulu ketika ada kerabat yang merantau. Mereka yang ditinggalkan mungkin saja naik ke bukit melihat kerabat mereka berlayar. Bukit yang paling tinggi memang memungkinkan untuk melihat lebih luas dan lebih jauh sehingga wajar jika bukit yang sekarang dikenal dengan Pattiro Sompe menjadi pilihan banyak orang.
Melihat para perantau berlayar pergi tentu tidak sama dengan melihat hal-hal lain. Rasanya tentu berbeda. Mungkin hampir bisa disetarakan dengan rasanya ketika kerabat meninggal. Apalagi di zaman dahulu teknologi komunikasi belum secanggih sekarang. Kecil harapan mereka bahkan untuk sekedar tau kabar para perantau. Butuh keikhlasan luar biasa untuk dapat merelakan kepergian kerabat berlayar. Sebab, yang ditinggalkan selalu lebih pedih ketimbang yang meninggalkan. Demikian pula butuh keikhlasan luar biasa untuk mencapai puncaknya, sebab bukit ini cukup tinggi dan terjal untuk didaki.
Entah berapa banyak orang yang mattiro passompe (melihat perantau) dibukit itu sehingga diberi nama menjadi “bulu’ pattiro sompe’”. Karena lazimnya, salah satu alasan pemberian nama bagi suatu tempat adalah berdasarkan sesuatu dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Jika demikian adanya, maka Pattiro Sompe telah menjadi saksi atas keikhlasan orang-orang yang ditinggalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates